Support

Sabtu, 22 September 2012

Kedermawanan Bapak X



Ada beberapa orang luar biasa dalam hidup saya, selain orang tua saya tentunya. Salah satunya adalah seorang Bapak di sebuah rumah sakit di Jakarta. Bapak ini ternyata bekerja disana secara sukarela, tidak digaji.

Beliau ini saya perhatikan sangat aneh, setiap pasien yang datang berobat kok tidak dipungut bayaran. Malah sering saya lihat beliau memberikan obat, pakaian, maupun uang kepada pasien-pasien yang tidak mampu.

Sejak kenal dengan Bapak ini, saya sering diundang datang kesana jika sedang 'free'. Disana saya sering menyaksikan "keanehan-keanehan" seperti saya sebutkan diatas. Pernah suatu ketika saya diminta menemani seorang pasien tuna netra, seorang Ibu umur separuh baya.

Dari obrol-obrol santai, terkuak bahwa Ibu ini ternyata adalah seorang pengamen jalanan di sekitar kawasan rumah sakit tersebut. Lalu saya tanya, bagaimana ceritanya hingga bisa datang berobat kesini. Beliau bercerita bahwa ia bertemu dengan Bapak ini ketika sedang mengamen di sebuah warung makan. Lalu oleh Bapak ini (selanjutnya saya sebut Bapak X saja), beliau diajak berobat kesini. Saat saya mengobrol itu, saya juga baru tahu bahwa beliau baru saja satu bulan menjalani operasi matanya. Beliau baru saja menerima donor kornea mata, operasi gratis dan juga perawatan gratis. Semua karena Bapak X ini. Matanya pun kini sudah mulai bisa melihat dunia lagi, walau belum terlalu jelas katanya. Beliau datang untuk kontrol dan waktu itu sekaligus mengisi sebuah acara sosial di rumah sakit tersebut.

Ibu ini cuma salah satu contoh. Banyak "peristiwa-peristiwa indah" lainnya yang saya lihat sendiri disana, diantaranya sekeluarga tuna netra yang digratiskan biaya berobatnya, diberi obat gratis, dikasih "amplop" dan juga diberi pakaian-pakaian (entah dari mana ). Saya juga pernah bertemu dengan beberapa pemuda yang datang "main" kesana. Mereka ini rata-rata pemuda tidak mampu yang putus sekolah, tapi memiliki pribadi-pribadi yang baik dan bisa dipercaya. Disana mereka diajari beberapa keahlian, diberi makan, bahkan tak jarang diberi uang saku. Oh ya, Bapak X ini juga memiliki kemampuan batin tertentu, sehingga dia bisa mengenali seseorang cukup dalam, walau baru bertemu. Singkatnya, rata-rata orang yang ada disana membantunya, memiliki integritas yang baik dan sangat berdedikasi. Walau sebagian dari mereka digaji, namun mereka sangat ikhlas dalam membantu dan melayani.

Terkadang ketika di jalan sering saya perhatikan Bapak X ini membawa makanan-makanan kecil. Bukan untuk dimakan, melainkan untuk diberikan pada para pengemis. Ia berkata, jika anak-anak ini diberi uang itu tidak mendidik. Tapi kita juga tak sepatutnya membiarkan mereka kelaparan. Maka yang terbaik memberi mereka "pertolongan darurat", yang tidak mungkin disalahgunakan atau dimanfaatkan pengemis lain.

Oh ya, beliau ini termasuk warga keturunan. Walau begitu, putri satu-satunya dinikahkan dengan seorang pribumi. Saya turut datang, pestanya sangat meriah, penuh dengan orang-orang terpandang dan terpelajar. Tema pestanya pun sangat "plural", campuran antara tradisi China, Indonesia dan Barat. Pembawa acara dan E.O. yang kebetulan adalah kenalan saya berkata, pesta ini adalah salah satu portfolio terbaiknya, karena suasana pestanya sangat hangat, tak dibuat-buat dan pengantinnya sangat kooperatif. Beliau bahkan rela "membanting tarif" untuk Bapak X ini karena tahu kebaikan hati beliau. Saya tahu karena saya yang jadi mediatornya waktu itu.

Oh ya, saya sendiri kenal dengan beliau karena pernah mengantarkan sahabat saya yang berobat kesana. Sahabat saya sebelumnya sudah "mewanti-wanti", bahwa orang ini memang luar biasa. Dia bilang, "Pasti kamu ingin kenal dengan orang seperti Bapak X ini." Memang benar, ternyata dia adalah salah satu guru kehidupan saya hingga kini.

Bapak ini juga aktif dalam kegiatan keagamaan maupun organisasi sosial. Saya sudah beberapa kali terharu ketika menghadirinya, melihat anak-anak tuna netra menyanyikan lagu Ebiet, Ibu-Ibu meneteskan air mata, melihat orang-orang miskin yang diberi martabat untuk memasuki gedung-gedung elite, bersantap malam dan bercengkrama dengan orang-orang dari level sosial berbeda. Indah benar. Semua karena Bapak X ini dan teman-temannya.

0 komentar:

Posting Komentar